JOM BOOKCAFE

Jumaat, 18 Mei 2012

Sikap-Sikap Yang Disukai Manusia Dan Sikap-Sikap Yang Tidak Disukai Manusia

SIKAP-SIKAP YANG DISUKAI MANUSIA

[a]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberi Perhatian Kepada Orang Lain.

Diantara bentuk perhatian kepada orang lain, ialah mengucapkan salam, menanyakan kabarnya, menengoknya ketika sakit, memberi hadiah dan sebagainya. Manusia itu memerlukan perhatian orang lain. Maka, selama tidak melewati batas-batas syar’i, hendaknya kita menampakkan perhatian kepada orang lain. seorang anak kecil bisa berprilaku nakal, karena mau mendapat perhatian orang dewasa. orang tua kadang lupa bahwa anak itu tidak cukup hanya diberi materi saja. Merekapun memerlukan untuk diperhatikan, ditanya dan mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Apabila kasih sayang tidak didapatkan dari orang tuanya, maka anak akan mencarinya dari orang lain.

[b]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Mau Mendengar Ucapan Mereka.

Kita jangan ingin hanya ucapan kita saja yang didengar tanpa bersedia mendengar ucapan orang lain. kita harus memberi waktu kepada orang lain untuk berbicara. Seorang suami –misalnya-ketika pulang ke rumah dan bertemu istrinya, walaupun masih terasa lelah, harus mencuba menyediakan waktu untuk mendengar isterinya bercerita. Isterinya yang ditinggal sendiri di rumah tentu tak bisa berbicara dengan orang lain. Sehingga ketika sang suami pulang, ia merasa senang karena ada teman untuk berbincang-bincang. Oleh karena itu, suami harus mendengarkan dahulu perkataan istri. Jika belum siap untuk mendengarkannya, jelaskanlah dengan baik kepadanya, bahwa dia perlu istirahat dulu dan nanti ceritanya dilanjutkan lagi.

Contoh lain, yaitu ketika teman kita berbicara dan salah dalam bicaranya itu, maka seharusnya kita tidak memotong langsung, apalagi membantahnya dengan kasar. kita dengarkan dulu pembicaraannya hingga selesai, kemudian kita jelaskan kesalahannya dengan baik.

[c]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Menjauhi Debat Kusir.

Allah berfirman. "Artinya: “Serulah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah, dan nasehat yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang baik,”  Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah dalam kasetnya, menerangkan tentang ayat : "Serulah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah". Beliau berkata, “manusia tidak suka kepada orang yang berdiskusi dengan hararah (dengan panas). Karena umumnya orang hidup dengan latar belakang……..dan pemahaman yang berbeda dengan kita dan itu sudah mendarah daging……..sehinnga para penuntut ilmu, jika akan berdiskusi dengan orang yang fanatik terhadap madzhabnya, (maka) sebelum berdiskusi dia harus mengadakan pendahuluan untuk menciptakan suasana kondusif antara dia dengan dirinya. target pertama yang kita inginkan ialah agar orang itu mengikuti apa yang kita yakini kebenarannya, tetapi hal itu tidaklah mudah. Umumnya disebabkan fanatik madzhab, mereka tidak siap mengikuti kebenaran. target kedua, minimalnya dia tidak menjadi musuh bagi kita. Karena sebelumnya tercipta suasana yang kondusif antara kita dengan dirinya. Sehingga ketika kita menyampaikan yang haq, dia tidak akan memusuhi kita disebabkan ucapan yang haq tersebut. Sedangkan apabila ada orang lain yang ada yang berdiskusi dalam permasalahan yang sama, namun belum tercipta suasana kondusif antara dia dengan dirinya, tentu akan berbeza tanggapannya.

[d]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberikan Penghargaan Dan Penghormatan Kepada Orang Lain.

Nabi mengatakan, bahwa orang yang lebih muda harus menghormati orang yang lebih tua, dan yang lebih tua harus menyayangi yang lebih muda. Permasalahan ini kelihatannya remeh Ketika kita shalat di masjid……namun menjadikan seseorang tersinggung karena dibelakangi. Hal ini kadang tidak sengaja kita lakukan. Oleh karena itu, dari pengalaman kita dan orang lain, kita harus belajar dan mengambil faidah. Sehingga bisa memperbaiki diri dalam hal menghormati orang lain. Hal-hal yang membuat diri kita tersinggung, jangan kita lakukan kepada orang lain. Bentuk-bentuk sikap tidak hormat dan pelecehan, harus kita kenali dan hindarkan.

Misalnya, ketika berjabat tangan tanpa melihat wajah yang diajaknya. Hal seperti itu jarang kita lakukan kepada orang lain. Apabila kita diperlakukan kurang hormat, maka kita sebisa mungkin memakluminya. Karena-mungkin-orang lain belum mengerti atau tidak menyadarinya. Ketika kita memberi salam kepada orang lain, namun orang tersebut tidak menjawab, maka kita jangan langsung menuduh orang itu menganggap kita ahli bid’ah atau kafir. Bisa jadi, ketika itu dia sedang menghadapi banyak persoalan sehingga tidak sedar ada yang memberi salam kepadanya, dan ada kemungkinan-kemungkinan lainnya. Kalau perlu didatangi dengan baik dan ditanyakan,agar persoalannya jelas. Dalam hal ini kita dianjurkan untuk banyak memaafkan orang lain.

Allah berfirman.
"Artinya: “Terimalah apa yang mudah dari akhlaq mereka dan perintahkanlah orang lain mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” [Al-A’raaf : 199]

[e]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberi Kesempatan Kepada Orang Lain Untuk Maju.

Sebagai seorang muslim, seharusnya senang jika saudara kita maju, berhasil atau mendapatkan kenikmatan, walaupun secara naluri manusia itu tidak suka, jika ada orang lain yang melebihi dirinya. Naluri seperti ini harus kita kekang dan dikikis sedikit demi sedikit. Misalnya, bagi mahasiswa. Jika di kampus ada teman muslim yang lebih pandai daripada kita. Maka kita harus senang. Jika kita ingin seperti dia, maka harus berikhtiar dengan rajin belajar dan tidak bermalas-malasan. Berbeda dengan orang yang dengki, tidak suka jika temannya lebih pandai dari dirinya. Malahan karena dengkinya itu dia bisa-bisa memboikot temannya dengan mencuri catatan pelajarannya dan sebagainya.

[f]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Tahu Berterima Kasih Atau Suka Membalas Kebaikan.

Hal ini bukan berarti dibolehkan mengharapkan ucapan terima kasih atau balasan dari manusia jika kita berbuat kebaikan terhadap mereka. Akan tetapi hendaklah tidak segan-segan untuk mengucapkan terima kasih dan membalas kebaikan yang diberikan orang lain kepada kita.

[g]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memperbaiki Kesalahan Orang Lain Tanpa Melukai Perasaannya.

Kita perlu melatih diri untuk menyampaikan ungkapan kata-kata yamg tidak menyakiti perasaan orang lain dan tetap sampai kepada tujuan yang diinginkan. Dalam sebuah buku diceritakan, ada seorang suami yang memberikan ceramah dalam suatu majelis dengan bahasa yang cukup tinggi, sehingga tidak bisa dipahami oleh yang mengikuti majelis tersebut. Ketika pulang, dia menanyakan pendapat istrinya tentang ceramahnya. Istrinya menjawab dengan mengatakan, bahwa jika ceramah tersebut disampaikan di hadapan para pensyarah, maka tentunya akan tepat sekali.

Ucapan itu merupakan sindiran halus, bahwa ceramah itu tidak tepat disampaikan di hadapan hadirin saat itu, dengan tanpa mengucapkan perkataan demikian. Hal ini bukan berarti kita harus banyak berbasa-basi atau bahkan membohongi orang lain. Namun hal ini agar tidak melukai perasaan orang, tanpa kehilangan maksud untuk memperbaikinya.

SIKAP-SIKAP YANG TIDAK DISUKAI MANUSIA
Kita mempelajari sikap-sikap yang tidak disukai manusia agar terhindar dari sikap seperti itu. Maksud dari sikap yang tidak disukai manusia, ialah sikap yang menyelisihi syariat. berkaitan dengan sikap-sikap yang tidak disukai manusia, tetapi Allah ridho, maka harus kita utamakan. Dan sebaliknya, terhadap sikap-sikap yang dibenci oleh Allah, maka harus kita jauhi.

Adapun perbuatan-perbuatan yang tidak disukai manusia ialah sebagai berikut.

Pertama.
Memberi Nasehat Kepadanya Di Hadapan Orang Lain.

Al Imam Asy Syafii berkata dalam syairnya yang berbunyi.

Sengajalah engkau memberi nasehat kepadaku ketika aku sendirian
Jauhkanlah memberi nasehat kepadaku dihadapan orang banyak
Karena sesungguhnya nasehat yang dilakukan dihadapan manusia
Adalah salah satu bentuk menjelek – jelekkan
Aku tidak ridho mendengarnya
Apabila engkau menyelisihiku dan tidak mengikuti ucapanku
Maka janganlah jengkel apabila nasehatmu tidak ditaati

Menjauhi Orang-Orang Yang Suka Ghibah

Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Saya mempunyai seorang teman yang sering berbicara mencemarkan nama baik orang lain. Saya sering menasihatinya tapi dia tetap tidak mahu berubah. Perbuatannya  itu sudah menjadi kebiasannya. Dan kadang-kadang dia melakukannya dengan alasan niatnya baik. Apakah orang seperti dia boleh kita kucilkan?

Jawaban
Membicarakan dan mencemarkan nama baik kaum muslimin yang tidak mereka sukai adalah merupakan kemungkaran yang besar dan termasuk ghibah yang diharamkan bahkan termasuk dosa besar, berdasarkan firman Allah.

“Ertinya : Dan janganlah sebagian kalian ghibah (menggunjing) sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kalian akan merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya  Allah Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12]

Dan juga berdasarkan sebuah hadits riwayat imam Muslim dalam kitab shahihnya dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda.

“Artinya : Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?. Para sahabat menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang paling tahu. Kemudian beliau صلی الله عليه وسلم bersabda : Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?. Beliau صلی الله عليه وسلم menjawab : Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan kebohongan)” [HR Muslim : 4690]

Disebutkan dalam sebuah hadits shahih.

“Artinya : Ketika beliau di mi’rajkan, beliau melewati sekelompok orang yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga. Mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kuku tembaga tersebut. Lalu beliau bertanya kepada Jibril : Wahai Jibril siapa mereka itu?. Jibril menjawab : Mereka adalah orang-orang yang sering makan daging manusia, dan mereka yang suka membicarakan kejelekan orang lain” [HR Ahmad dan Abu Dawud dengan sanad jayid dari Anas رضي الله عنه]

Al-Allamah Ibnu Muflih berkata : Sanad hadits tersebut shahih. Beliau berkata : Dan Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad hasan sebuah hadits dari Abu Hurairah secara marfu.

“Artinya : Sesungguhnya termasuk dosa besar adalah mencemarkan kehormatan seorang muslim tanpa alasan yang hak” [HR Abu Dawud 4234]

Oleh karena itu wajib bagi anda dan selain anda dari kaum muslimin untuk tidak duduk-duduk dan berbincang-bincang dengan orang yang sedang menggunjing kaum muslimin. Sebaiknya kita harus menasehati dan mengingkari perbuatan tersebut, berdasarkan sabda Nabi صلی الله عليه وسلم.

“Artinya : Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, rubahlah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan lidahnya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman” [HR Muslim 70]

Jika kita tidak sanggup mencegah dan menasehati mereka, maka segeralah kita pergi dan tidak duduk-duduk bersama mereka. Ini termasuk cara mengingkari perbuatan mereka. Mudah-mudahan Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin dan menolong mereka dalam meraih kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhhirat.

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Juz Tsani, Penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Edisi Indonesia Fatawa Bin Baz II, Penjerjemah Abu Abdillah Abdul Aziz, Penerbit At-Tibyan Solo]

MAJLIS SILATURAHIM GURU DI MASJID NEGERI PULAU PINANG


17 MEI 2012

Ahad, 13 Mei 2012

MUAT TURUN BAHAN SEJARAH KERTAS 3

  1. Bahan Sejarah Kertas Tiga
          (Klik untuk download)

    Lawatan ke Taman Tema Air Bukit Merah


    12 MEI 2012

    Tidak Selayaknya Manusia Menyombongkan Diri !

    APAKAH KESOMBONGAN ITU?
    Kesombongan (takabbur) atau dikenal dalam bahasa syariat dengan sebutan al-kibr yaitu melihat diri sendiri lebih besar dari yang lain. Orang sombong itu memandang dirinya lebih sempurna dibandingkan siapapun. Dia memandang orang lain hina, rendah dan lain sebagainya.

    Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan hakikat kesombongan dalam hadits beliau Shallallahu 'alaihi wa salllam :

    الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

    "Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia". [HR. Muslim, no. 2749, dari 'Abdullah bin Mas'ûd]

    Inilah yang membedakan takabbur dari sifat ‘ujub (membanggakan diri, silau dengan diri sendiri). Sifat ‘ujub, hanya membanggakan diri tanpa meremehkan orang. Sedangkan takabbur, disamping membanggakan diri juga meremehkan orang.

    Jumaat, 11 Mei 2012

    Mengawasi Diri Sendiri

    Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih nan Penyayang. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabat beliau.

    Dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

    « لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا ».

    "Niscaya aku akan melihat beberapa kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan kebaikan laksana gunung-gunung Tihamah [2] yang putih, kemudian Allah Azza wa Jalla menjadikannya debu yang beterbangan".

    Ada [3] yang bertanya: "Wahai Rasulullah, jelaskanlah sifat mereka kepada kami, agar kami tidak menjadi bagian dari mereka sementara kami tidak tahu," Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Ketahuilah, mereka adalah saudara kalian, satu bangsa, dan bangun malam sebagaimana kalian. Tapi jika mereka menyendiri dengan larangan-larangan Allah, mereka melanggarnya" [4].

    Seseorang mungkin menjauh dari dosa dan maksiat saat berada di hadapan dan dilihat orang lain. Tetapi jika ia menyendiri dan terlepas dari pandangan manusia, ia pun melepaskan tali kekang nafsunya, merangkul dosa dan memeluk kemungkaran.

    "Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya". [al-Isrâ`/17 : 17].

    "Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kalian kerjakan". [al-Baqarah /2 : 74].

    Bahkan jika ingin berbuat dosa dan ada seorang anak kecil di hadapannya, ia akan meninggalkan dosa itu. Dengan demikian, rasa malunya kepada anak kecil lebih besar daripada rasa malunya kepada Allah. Andai saat itu ia mengingat firman Allah:

    "Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka tampakkan?" [al-Baqarah/2 : 77].

    "Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib?" [at-Taubah/9 : 78]

    Sungguh celaka wahai saudaraku! Jika keberanian anda berbuat maksiat adalah karena anda meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla tidak melihat, maka alangkah besar kekufuran anda. Dan jika anda mengetahui bahwa Allah mengetahuinya, maka alangkah parah keburukan anda, dan alangkah sedikit rasa malu anda!

    MUAT TURUN DOMUMEN STANDARD PRESTASI TINGKATAN 1

    1. DSP BAHASA MELAYU
    2. DSP SAINS
    3. DSP SIVIK DAN KEWARGANEGARAAN
    4. DSP SEJARAH
    5. DSP PENDIDIKAN ISLAM
    6. DSP MORAL
    7. DSP GEOGRAFI 
    8. DSP MATEMATIK 
    9. DSP PJK 

    KLIK UNTUK DOWNLOAD

      MEMO..

      Khamis, 10 Mei 2012

      SIKAP MINDA

         Saya anggap rencana ini yang terpenting di antara 100 rencana yang dikemukakan dalam buku ini.Sila duduk dan baca rencana ini dengan teliti dan bacakan berulang kali pada masa akan datang.
         Sikap minda adalah amat mustahak kerana kesemua kekayaan,samaada nilai ketara atau tidak (seperti kemewahan,persahabatan,pengetahuan,keriangan, dan kesejahteraan) bermula dengan satu keadaan minda,yang mana anda berkuasa dan bebas mengawalnya.Anda mampu mengolah pemikiran dan tindakan sendiri untuk kehidupan yang lebih bermakna,atau pilih untuk dicacatkan oleh kerisauan dan kebimbangan.Didapati bahawa sikap minda anda itu adalah hasil daripada nilai-nilai budi dan tujuan yang dipupuk sehingga ini.Ingatlah bahawa sikap minda yang positif adalah titik permulaan hidup yang bahagia.peraturan ini meliputi kesemua bahan rencahan yang dingini yang mesti disuburkan, seperti harapan dan keyakinan, ketulusan dan kewibawaan,keghairahan dan dorongan,kemurahan hati dan toleransi,kesantunan dan tanggungjawab dan seterusnya.

      KESEDIHAN DUNIA

      ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu menulis surat kepada ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu 'anhu yang isinya, “Amma ba'du. Sesungguhnya seseorang merasa rugi dengan sesuatu yang hilang darinya, padahal hal itu tidak akan bisa ia dapatkan dan merasa bahagia dengan mendapatkan sesuatu yang pasti ia dapatkan. Maka berbahagialah dengan apa-apa yang aku ucapkan dari urusan akhirat dan menyesallah dari sesuatu yang hilang darimu akan urusan akhirat, janganlah terlalu bahagia dengan apa yang engkau dapatkan dari urusan dunia. Dan jadikanlah semua fikiranmu tertuju kepada sesuatu yang terjadi setelah kematian. ”

      Aku melihat pencari dunia, walaupun umurnya panjang,
      dan mendapatkan kebahagiaan, juga kenikmatan darinya.

      Bagaikan seorang tukang bangunan yang membangun,
      setelah bangunan yang ia buat berdiri tegak, maka bangunan itu roboh. [1]

      Saudaraku tercinta…
      Sebab kekeliruan hidup itu ada lima macam dan sepatutnya seseorang merasakan kekeliruan karena kelima macam tersebut:

      Pertama : Kekeliruan karena dosa pada masa lampau, karena dia telah melakukan sebuah perbuatan dosa sedangkan dia tidak tahu apakah dosa tersebut diampuni atau tidak? Dalam keadaan tersebut dia harus selalu merasakan kegalauan dan sibuk karenanya.
      Kedua : Dia telah melakukan kebaikan, tetapi dia tidak tahu apakah kebaikan tersebut diterima atau tidak.
      Ketiga : Dia mengetahui kehidupannya yang telah lalu dan apa yang terjadi kepadanya, tetapi dia tidak mengetahui apa yang akan menimpanya pada masa mendatang.
      Keempat : Dia mengetahui bahwa Allah menyiapkan dua tempat untuk manusia pada hari Kiamat, tetapi dia tidak mengetahui ke manakah dia akan kembali (apakah ke Surga atau ke Neraka)?
      Kelima : Dia tidak tahu apakah Allah ridha kepadanya atau membencinya?

      Siapa yang merasa keliru dengan lima hal di atas dalam kehidupannya, maka tidak ada kesempatan baginya untuk tertawa. [2]

      Ibrahim at-Taimi rahimahullah berkata, “Berapa jarak antara kalian dengan mereka (orang-orang shalih)? Dunia datang kepada mereka, tetapi mereka meninggalkannya, dan dunia meninggalkan kalian, tetapi kalian terus mengejarnya.” [3]

      TERIMA KASIH CIKGU - DENDANG SI ALAI..

      AMALAN PELAJAR CEMERLANG..

      1.Sentiasa menunaikan solat pada awal waktu.
      2. Sentiasa membaca Al-quran sekurang-kurangnya satu jam sehari,paling malas satu muka sehari.(pelajar cemerlang tidak boleh malas ataupun segan).
      3. Memulakan pagi anda dengan solat tahajjud,taubat dan berdoa serta membaca Al-quran walaupun sedikit (Qiamulail).
      4. Sarapan pagi dengan menu telur dan madu.
      5. Jika ada masa terluang, rujuk nota ringkas dan lihat apa yang akan dipelajari hari ini.
      6. Menumpukan perhatian semasa belajar. Belajar hanya niat untuk menuntut ilmu dan mencari redha Allah.
      7. Menunaikan solat sunat Dhuha pada waktu rehat.Tidak makan pada waktu rehat (Sekiranya lapar alaskan perut anda dengan kuih atau air).
      8. Tidur sedikit sebelum solat zohor dan makan tengah hari untuk mengelakkan mengantuk akibat Qiamullail.
      9. Kalau tahan mengantuk lebih baik membaca atau melakukan tugas-tugas persatuan dan aktiviti-aktiviti lain.
      10. Bersenam dan bermain selepas solat Asar atau melakukan aktiviti yang dapat mengeluarkan peluh.
      11. Solat Maghrib pada awal waktu dan makan sedikit serta membaca Al-Quran atau mendengar kuliah Maghrib.
      12. Belajar selepas Isyak kira-kira 2 jam.
      13. Muhasabah diri sebelum tidur dan ingat kembali tentang apa yang dilakukan dalam sehari.

      Rabu, 9 Mei 2012

      Adab Seorang Pelajar (Murid) terhadap Gurunya



      Oleh :Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin  
      Dasar keilmuan itu tidak dapat diperoleh dengan belajar sendiri dari kitab, namun harus bimbingan seorang guru ahli yang akan membuka pintu-pintu ilmu baginya, agar engkau selamat dari kesalahan dan ketergelinciran. Karena itu, hendaknya engkau menjaga kehormatannya, yang mana itu adalah tanda keberhasilan, kesuksesan, serta engkau akan bisa mendapatkan ilmu dan taufiq. Jadikanlah gurumu orang yang engkau hormati, hargai, agungkan, dan berlakulah yang lembut. Berlakulah penuh sopan santun kepadanya saat duduk bersama, berbicara kepadanya, saat bertanya dan mendengar pelajaran, bersikap baik saat membuka lembaran kitab di hadapannya. Jangan banyak bicara dan berdebat dengannya. Jangan mendahuluinya, baik dalam bicara maupun saat jalan. Jangan banyak berbicara kepadanya dan jangan memotong pembicaraannya, baik di tengah-tengah pelajaran maupun lainnya. Jangan mendesak bisa mendapatkan jawaban darinya. Jauhilah banyak bertanya terutama sekali kalau di tengah khalayak ramai, karena itu akan membuatmu berbangga diri, namun bagi gurumu akan membuat bosan. 

      LAWATAN PENANDA ARAS PBS SMK TANJONG BUNGA

      Selasa, 8 Mei 2012

      JIKA UMUR TELAH MENCAPAI EMPAT PULUH TAHUN...SEBUAH RENUNGAN..

      Oleh :Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim

      Saudaraku tercinta, di manakah kita di antara mereka?
      ‘Abdullah bin Dawud berkata, “Adalah salah satu dari mereka (kaum Salaf), jika umurnya telah mencapai empat puluh tahun, maka mereka menggulung tempat tidurnya, mereka sama sekali tidak tidur. Akan tetapi memenuhi malamnya dengan shalat, tasbih, dan istighfar… mereka menggantikan waktu (umur) yang telah lalu dengan kebaikan dan menyiapkan diri untuk menghadapi kehidupan yang akan datang.”

      Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang cerdas,
      mereka menolak dunia dan takut akan fitnahnya.
      Mereka melihat apa yang ada di dalamnya, ketika mereka tahu,
      bahwa tidak ada tempat bagi orang yang hidup di dalamnya.
      Mereka menjadikannya sebagai gelombang,
      dan menjadikan amal sebagai kapal.

      KEUTAMAAN ILMU...

      Pendukungnya dari berupa ayat-ayat Al-Quran sangat banyak jumlahnya.Di antara firman-Nya

      "Allah menyatakan bahawasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah),yang menegakkan keadilan.Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)"(Ali Imran :18)
         Perhatikan bagaimana Allah Taala memulai dengan dirinya sendiri,kemudian yang kedua adalah para malaikat dan yang ketiga adalah para ahli ilmu.Jelas bagi anda bahawa yang demikian itu adalah kemuliaan dan keutamaan.Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
         "...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuanbeberapa darjat."(Al-Mujadilah:11)
         Allah Azza wa Jalla juga berfirman,
         "Katakanlah,"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"(Al-Zumar:9)
      Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman,
      "sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambanya,hanyalah ulama.''(Fathir:28)
      Allah Ta'ala juga berfirman
      "...dan kalau mereka menyerahkan kepada rasul dan ulil amri di antara mereka,tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil amri).(An-Nisa: 83)

      Pada kenyataannya,hukum dikembalikan kepada kesimpulan mereka dan tingkatan mereka bertemu dengan tingkatan para nabi di dalam menggali hukum Allah Ta'ala.
         Sedangka dari khabar-khabar,Rasulullah s.a.w bersabda,"Barangsiapa Allah kehendaki kebaikan ada padanya,maka Dia jadikan dia sangat faham akan agama dan diberinya petunjuk dari-Nya(1)
      Rasulullah juga bersabda "Para ulama adalah pewaris para nabi".(2)
          Sudah diketahui bahawa tidak ada tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat kenabian dan tidak ada kemuliaan di atas kemuliaan warisan daripada tingkat itu.Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika mengutamakan ilmu daripada ibadah dan kesyahidan bersabda
      "Keutamaan seorang ahli ilmu atas seorang ahli ibadah sebagaimana keutamaanku atas orang paling rendah di antara para sahabatku.(3)
         Maka perhatikan,bagaimana beliau menjadikan ilmu bersama dengan darjat kenabian,dan bagaimana gugurnya tingkat amal yang kosong dari ilmu,sekalipun seorang ahli ibadah tidak lepas dari ilmu di dalam ibadah yang dia rutinkan pelaksanaannya.Jika bukan kerana ilmu,maka ibadah tidak menjadi ibadah.Rasulullah s.a.w bersabda "Keutamaan seorang ahli ilmu atas seorang ahli ibadah sebagaimana keutamaan bulan pada malam purnama atas semua bintang".(4)
         Di antara sejumlah wasiat Luqman kepada anaknya adalah "Wahai anakku! bergaullah dengan para ulama dan dekatlah engkau dengan kedua lututnya,sesungguhnya Allah Subhanuwa Ta'ala menghidupkan hati dengan cahaya hikmah sebagaimana menghidupkan bumi dengan hujan dari langit"
         Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu berkata kepada Kamil bin Ziyad,"Wahai Kamil!Ilmu ilmu itu lebih baik daripada harta.Ilmu itu memeliharamu,sedangkan engkau memelihara harta.Ilmu itu adalah hakim sedangkan harta adalah yang diadili.Harta berkurang dengan dibelanjakan,sedangkan ilmu menjadi suci dengan dinafkahkan."Dalam sebuah nazham dikatakan

      Tidak ada kebanggaan melainkan pada ahli ilmu,
      Sesungguhnya mereka itu berada di atas petunjuk dan selalu menunjuki siapa yang memintanya,
      Kemulian setiap orang pada apa yang dia ahli menunaikannya,
      Orang-orang bodoh terhadap ahli ilmu selalu memusuhinya,
      Maka,carilah keuntungan dengan ilmu,engkau akan hidup abadi dengannya,
      Semua manusia akan mati sedangkan ahli ilmu akan tetap hidup....


      Nota kaki
      (1) Lafaz hadis ini sebagaimana pada al-Bukhari dan Muslim adalah
      "Barangsiapa Allah kehendaki kebaikan ada padanya,maka Dia jadikan dia sangat faham akan agama",tanpa tambahan: "dan diberi petunjuk dari-Nya"
      (2) Diriwayatkan Abu Dawud,At-Tirmizhi,Ibnu Majah,Ibnu Hibban,dan dia menyatakan shahih dari hadis Abu Darda.Sedangkan isnadnya hasan.
      (3)Diriwayatkan At-Tirmizi dari hadis Abu Umamah.Dia berkata."Hasan shahih dan dia hasan"
      (4)Dari sebuah hadis panjang yang diriwayatkan Abu Dawud Radhiyallahu Anhu yang isnadnya hasan.

      KESIBUKAN MINGGU PBS...

      Apa Itu Pentaksiran Berasaskan Sekolah ?

      Pentaksiran Berasaskan Sekolah (PBS) merupakan salah satu komponen pentaksiran yang dikendalikan oleh pihak sekolah dan pentaksirannya dilaksanakan oleh guru-guru mata pelajaran secara berterusan dalam proses pengajaran dan pembelajaran.

      PBS dirancang, ditadbir, diskor dan dilaporkan secara terancang mengikut prosedur yang ditetapkan oleh Lembaga Peperiksaan Malaysia (LPM).
      Demi menjamin kualiti pelaksanaan PBS, mekanisme penyelarasan dan pemantauan akan dilaksanakan untuk meningkatkan kebolehpercayaan dan kesahan skor pentaksiran yang dilaksanakan di sekolah.

      PBS di peringkat Penilaian Menengah Rendah (PMR) terdiri daripada 5 bentuk iaitu:

      a) Projek
      b) Kerja Kursus
      c) Ujian Lisan Berasaskan Sekolah (ULBS)
      d) Pentaksiran Lisan Berasaskan Sekolah (PLBS)
      e) Modul

      Ahad, 6 Mei 2012

      Adab-Adab Memberikan Nasihat

      Di antara adab nasihat dalam Islam adalah menasihati saudaranya dengan tidak diketahui orang lain.Kerana barang siapa yang menutupi keburukan saudaranya,maka Allah akan menutupi keburukannya di dunia dan di akhirat.Sebahagian ulama berkata:"Barangsiapa yang menasihati seseorang dan hanya ada mereka berdua,maka itulah nasihat yang sebenarnya.Barangsiapa yang menasihati saudaranya di depan banyak orang, maka yang demikian itu mencela dan merendahkan orang yang dinasihati."
         Fudhail Bin Iyadh r.h berkata "Seorang mukmin adalah orang yang menutupi aib dan menasihati.Sedangkan orang fasik adalah orang yang merosak dan mencela.
         Al-Imam Ibnu Hibban r.h (wafat th 354H) mengatakan :Nasihat adalah kewajipan seluruh manusia,sebagaimana kami telah sebutkan ,tetapi dalam teknik penyampaiannya harus secara rahasia,tidak boleh tidak.Kerana,barangsiapa menasihati saudaranya di hadapan orang lain,maka bererti ia telah mencelanya.Dan barangsiapa yang menasihatinya secara rahsia,maka bererti ia telah memperbaikinya.Sesungguhnya penyampaian dengan penuh perhatian kepada saudaranya sesama Muslim adalah kritik yang membangun,lebih besar kemungkinannya untuk diterima daripada penyampaian dengan maksud mencelanya."
         Kemudian Imam Ibnu Hibban r.h menyebutkan dengan sanadnya sampai kepada Sufyan,ia berkata :"Saya berkata kepada Mis'ar:"Apakah engkau suka bila ada orang lain memberitahumu akan kekurangan-kekuranganmu?"Ia menjawab:"Apabila yang datang adalah orang yang memberitahukan kekurangan-kekuranganku dengan cara menjelek-jelekkanku.maka aku tidak senang.Tetapi bila yang datang kepadaku adalah seorang pemberi nasihat,maka aku senang"
         Abu Hatim (Imam Ibnu Hibban) r.h mengatakan:"Nasihat apabila dilakukan seperti apa yang telah kami sebutkan,akan mengeratkan kasih sayang dan menyebabkan terwujudnya hak ukhuwwah (persaudaraan).
         Al-Imam Abu Muhammad bin Ahmad bin Sa'id Ibnu Hazm r.h (wafat tahun 456 H) berkata :"Maka wajib atas seseorang untuk selalu memberikan nasihat baik yang diberi nasihat itu suka ataupun benci,tersinggung ataupun tidak tersinggung.Apabila engkau memberikan nasihat,maka nasihatilah secara rahsia,jangan di hadapan orang lain dan cukup dengan memberikan isyarat tanpa terus terang secara langsung kecuali orang yang dinasihati tidak memahami isyaratmu, maka harus secara terus terang.Jangan engkau memberikan nasihat dengan syarat harus diterima darimu.Jika engkau melampaui batas adab-adab tadi maka engkau orang yang zalim,bukan pemberi nasihat dan gila ketaatan serta gila kekuasaan,bukan pemberi amanat dan pelaksana hak ukhuwwah.Ini bukanlah termasuk hukum akal dan hukum persahabatan,melainkan hukum rimba seperti seorang penguasa dengan rakyatnya,dan tuan dengan hamba sahayanya.
      Imam asy-Syafie r.h berkata dalam syairnya

      " Tutupilah kesalahanku dengan nasihatmu ketika aku seorang diri
      Hindari menasihatiku di tengah khalayak ramai
      Kerana memberikan nasihat di hadapan banyak orang
      Sama saja dengan memburuk-burukkan,aku tidak sudi mendengarnya
      Jika engkau menyalahiku dan tidak mengikuti ucapanku 
      Maka janganlah engkau kaget bila nasihatmu tidak ditaati."

      Dinukil dari : Syarah Arbain An-Nawawi
      (Ustaz Yazid bin Abdul Qadir Jawas)