JOM BOOKCAFE

Khamis, 6 Ogos 2015

IKHLAS..




Alangkah berbahagia dan indahnya kehidupan insan ...kiranya kita  mengerti dan mampu merenungkan, bahawa urusan kita dalam berbuat kebajikan di dunia ini tidak selalunya dihargai manusia.Kiranya kita fahami bahawa  matlamat hidup yang dicari itu adalah redha Ilahi...kenapa masih banyak kelihatan manusia yang menggadaikan masa dan waktunya untuk memikirkan pujian manusia lain atas dirinya, apa kata si fulan padanya..apa kata si anu padanya..apa kata mereka..mereka...dan mereka...

Aduh celaka hidup ini, kiranya kita masih belum mengerti bahawa..jika yang dicari itu adalah redhanya manusia,pujian mereka dan penghargaan mereka...itu merupakan jalan menuju kehampaan hidup.Betapa baiknya anda, pasti akan ada yang memuji dan pasti akan ada yang mencela.

Lalu bagaimana untuk kita mengecap bahagia. Ikhlaskan diri anda.Sungguh bila segala urusan harian yang kita lakukan..kita sandarkan pada Allah Rabb sekalian alam..ikhlas dan hanya mengharapkan redha dariNya maka hati ini akan tenang.Kita tidak peduli samaada kebaikan yang kita lakukan itu dipuji orang atau tidak..dibalas budi atau tidak..bahkan kita tidak merasa kecewa jika kebaikan itu dipandang sepi atau tidak dihargai....sebab apa....sebab insan itu mengerti  bahawa yang melihat kebaikan dirinya itu adalah Allah..Rabb yang menguruskan segala keperluan makhluk...yang Maha Kaya...kurniaanya tidak pernah habis...kebergantungan hati kepadaNya adalah suatu nikmat yang menjadi pemutus kepada segala yang diharapkan dari makhluk.

Sungguh berbeza orang yang mencari redha manusia dengan yang mencari redha Ilahi....apabila seseorang merasa  bahagia hanya apabila dirinya menjadi sebutan orang terkenal dan ternama..fahamilah sesungguhnya rasa bahagia itu akan lebih terasa nikmatnya apabila kebaikan yang kita lakukan itu diiktiraf dan dikenal Allah Azzawajalla .Sungguh kita  akan merasa kesempurnaan ketenangan dan kebahagiaan apabila diri kita berada dalam  redha Allah Azzawajalla berbanding hanya mendapat pujian manusia yang nafasnya suatu hari pasti akan berhenti...pemberiannya terkadang tidak pernah lepas dari mengharapkan balasan..selalu menerbitkan rasa gelisah dalam hati akibat termakan budi...dan tidak sedikit pemberian jasa dari manusia  itu menjadi alasan untuk menagih seribu kepentingan diri..menjadi alat yang menyukarkan lidah insan untuk mengungkapkan kebenaran..dan mencegah kemungkaran.

Ikhlaslah..kerna ikhlas itu indah...sekiranya kita melayani semua komentar manusia terhadap diri kita...maka tanyakan pada diri... kepada siapa kita letakkan harapan untuk membahagiakan diri ini..kepada manusia atau kepada yang Maha Esa??? kiranya jawapanya manusia....maka telah butalah mata hati ini....telah sirna dan hilanglah nikmat hidup dan kebebasan hakiki seorang manusia..dirinya dibelenggu rasa hina menagih simpati manusia...sedangkan keikhlasan mengharap redha Ilahi...membuka sejuta pintu kecukupan  dan kekayaan jiwa,bagi hati -hati yang ingin merasa sejatinya merdeka.


PROGRAM INFORMASI DAN KERJAYA 2015



Selasa, 26 Mei 2015

BENGKEL GOOGLE APPS

  1. PERLU MEMPUNYAI AKAUN GMAIL..
  2. BOLEH KEKALKAN GMAIL YANG SEDIA ADA ATAU MEMBUAT GMAIL YANG BARU
  3. PENDAFTARAN GMAIL KE DALAM FORM YANG TELAH DISEDIAKAN
  4. PENGGUNAAN GOOGLE DRIVE
  5. PEMBINAAN ITEM SOALAN DALAM BENTUK FORM
  6. PENYEMAKAN DATA-DATA YANG TELAH DIISIKAN.
  7. BAGAIMANA MENGGABUNGKAN EMAIL DARIPADA AKAUN YANG LAIN SEPERTI YAHOO DLL..
bahan kursus google apps. KLIK link di bawah

 https://docs.google.com/file/d/0B9KSrfxnc-fxcVBNZ05iSk1vaXM/edit?usp=sharing

Sabtu, 11 April 2015

SYAIR PELEMBUT HATI-IBNU QAYYIM




Jika Rabb-ku mengatakan kepadaku: “Tidak malukah kau bermaksiat kepada-Ku?!
Engkau menutupi dosa dari para makhluk-Ku, tapi malah dengan kemaksiatan kau mendatangi-Ku!”
Maka bagaimana aku menjawabnya, dan siapa yang mampu melindungiku…

Aku terus menghibur diri dengan angan-angan (dunia) dari waktu ke waktu…
Tetapi aku lalai dengan perihal setelah kematian, tentang apa yang dapat mencukupiku setelah itu…
Seolah aku akan hidup terus, dan maut tidak akan menghampiriku…

Saat sakaratulmaut yang dahsyat itu benar-benar datang, siapakah yang mampu melindungiku…
Aku melihat wajah orang-orang… Tidakkah ada diantara mereka yang mau menebusku?!

Aku akan ditanya, tentang apa -yang kukerjakan di dunia ini- yang dapat menyelamatkanku…
Maka bagaimanakah jawapanku setelah aku lupakan agamaku…

Sungguh celaka aku… Tidakkah ku dengar firman Allah yang menyeruku?!
Tidakkah pula kudengar ayat-ayat yang ada di Surat Qaf dan Yasin itu?!
Bukankah kudengar tentang hari kebangkitan, hari dikumpulkan, dan hari pembalasan itu?!
Bukankah kudengar pula panggilan kematian yang terus melayangkan panggilan dan seruan kepadaku?!

Maka ya Rabb… akulah hambamu yang bertaubat… Tidak ada yang dapat melindungiku,
Melainkan Rabb yang Maha Pengampun, lagi Maha Luas Kurnianya… Dia-lah yang menunjukkan hidayah kepadaku

Aku telah datang kepada-Mu… maka rahmatilah aku, dan beratkanlah timbanganku…
Ringankanlah hukumanku… Sungguh Engkaulah yang paling kuharapkan pahalanya untukku

ADAB-ADAB HARI JUMAAT

Oleh :Syaikh ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani

1. Memperbanyak do’a dan mendekatkan diri kepada Allah, karena di hari Jum’at terdapat waktu yang mustajab (dikabulkannya do’a). Hal ini berdasarkan hadits:

فِيْهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا.

“Di hari Jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seorang muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.’ Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu.” [HR. Al-Bukhari no. 9300 dan Muslim no. 852][1]

2. Memperbanyak shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[2]

3. Mandi besar, memakai wangi-wangian, dan memakai pakaian yang terbagus [3]

4. Membaca al-Qur-an surat al-Kahfi, berdasarkan hadits:

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ.

“Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada hari Jum’at akan diberikan cahaya baginya di antara dua Jum’at.”[)HR. Al-Hakim II/368 dan al-Baihaqi III/249 dishahihkan oleh Imam al-Albani dalam Irwaa-ul Ghaliil no. 626.]-penj.

5. Bersegera untuk datang lebih awal pada shalat Jum’at.[4]

6. Hendaknya mengerjakan shalat sunnah empat raka’at setelah selesai shalat Jum’at, berdasarkan hadits:

إِذَا صَلَّيْتُمْ بَعْدَ الْجُمُعَةِ فَصَلُّوْا أَرْبَعًا.

“Apabila kalian telah selesai mengerjakan shalat Jum’at maka shalat (sunnah)lah empat raka’at. [HR. Muslim no. 881 (68)][5]

[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H - Maret 2006M]
_______
Footnote
[1]. Waktu itu batasnya adalah sampai dengan ‘Ashar, dan inilah pendapat Jumhur ulama yang dikuatkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya, Zaadul Ma’aad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad I/389-394, berdasarkan hadits Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوْجَدُ فِيْهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوْهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ.

“Hari Jum’at itu dua belas jam. Tidak ada seorang muslim pun yang memohon sesuatu kepada Allah dalam waktu tersebut melainkan akan dikabulkan oleh Allah. Maka carilah di akhir waktu tersebut, yaitu setelah ‘Ashar.” ]HR. Abu Dawud no. 1048, an-Nasa-i dalam Sunannya III/99-100 dan al-Hakim dalam al-Mustadrak I/279]-penj.

[2]. Berdasarkan hadits:

أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْراً

“Perbanyaklah oleh kalian shalawat kepadaku pada hari Jum’at dan malam Jum’at karena barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.” [HR. Al-Baihaqi III/249 dari Anas Radhiyallahu anhu, sanadnya hasan. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 1407]-penj.

[3]. Hal tersebut berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيْبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ اْلإِمَامُ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ اْلأُخْرَى.

“Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum’at, dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyak, atau mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan (dengan seksama) ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara Jum’at tersebut dan ke Jum’at berikutnya.” [HR. Al-Bukhari no. 883]-penj.

[4]. Hal ini berdasarkan hadits:

مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً.

“Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at seperti mandi janabah lalu segera pergi ke masjid, maka seakanakan berkurban dengan unta yang gemuk” [HR. Al-Bukhari no. 881, Muslim no. 850, Abu Dawud no. 351, at-Tirmidzi no. 499]-penj.

[5]. Mengerjakan shalat sunnah empat raka’at setelah shalat Jum’at -dikerjakan setelah selesai berdzikir atau telah keluar dari masjid, (HR. Muslim no. 883) dapat pula dikerjakan di masjid- sebanyak dua raka’at kemudian ditambah dua raka’at lagi dikerjakan di rumah, [HR. Muslim no. 881 (68)) dan tidak boleh melakukan sunnah tersebut di tempat mengerjakan shalat jum’at. (HR. Ibnu Majah no. 1127)]-pent.

Khamis, 9 April 2015

MENGAWASI DIRI SENDIRI




Dikatakan dalam sebuah syair
إِذَا مَا خَلَوْتَ الدَّهْرَ يَوْمًا، فَلاَ تَقُلْ خَلَوْتُ وَلَكِنْ قُلْ عَلَيَّ رَقِيْبُ
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الله يَغْفُـلُ سَـاعَـةً وَلاَ أَنَّ ماَ تُخْفِيْهِ عَنْهُ يَغِيْـبُ
Saat engkau sedang sendiri jangan katakan aku sendiri,
tetapi katakan ada yang senantiasa mengawasi diri ini.
Dan sedikitpun jangan menyangka bahwa Allah lalai,
atau menyangka Dia tak tahu apa yang tersembunyi.

إِذَا السِّرُّ وَالإِعْلاَنُ فِي المُؤْمِنِ اسْتَوَى فَقَدْ عَزَّ فِي الدَّارَيْنِ وَاسْتَوْجَبَ الثَّنَا
فَإِنْ خَالَـفَ الإِعْـلاَنُ سِرًّا فَمَا لَهُ عَلَى سَعْيِهِ فَضْلٌ سِوَى الْكَدِّ وَالْعَنَا
Jika tersembunyi dan tampak bagi seorang mukmin tiada beda,
maka ia telah berhasil di dua dunia dan kita pantas memujinya.
Namun jika yang tampak menyelisihi yang rahasia,
tiada kelebihan pada amalnya, selain penat dan lelah saja.