Sabtu, 28 Jun 2014
Jumaat, 27 Jun 2014
Status Hadis Ramadhan : Keampunan, Rahmat & Bebas Neraka
Status Hadis Ramadhan : Keampunan, Rahmat & Bebas Neraka
Ada seorang ustaz yang mengatakan bahwa hadits tentang pembagian Ramadhan menjadi tiga itu dhaif. Padahal hadits itu popular sekali di tengah bulan Ramadhan. Kalau tidak salah bunyinya seperti ini:
Ramadhan itu awalnya adalah rahmat, tengahnya adalah maghfirah (ampunan) dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.
Pertanyaan saya adalah: Benarkah klaim ustaz tersebut? Dan kalau benar, apa status hadits itu? Bagaimana kita mensikapinya.
Demikian terima kasih banyak ustaz
JAWAPAN OLEH Ust. H. Ahmad Sarwat, INDONESIA
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Hadits yang anda tanyakan kedudukannya itu memang sangat popular di tengah masyarakat, khususnya selama bulan Ramadhan. Dengan hadits itu, para penceramah banyak mengajak orang-orang agar memanfaatkan bulan Ramadhan untuk khusyu' beribadah, agar mendapatkan tiga hal tersebut. Yaitu rahmah dari Allah, ampunan-Nya serta pembebasan dari neraka.
Namun menarik sekali apa yang disampaikan oleh ustaz yang antum ceritakan bahwa ternyata menurut beliau hadits itu bermasalah dari sanad dan kekuatannya jalur periwayatannya. Betulkah?
Kami berupaya membolak balik beberapa literatur serta tulisan dari para ulama ahli hadits terkait dengan haditsi ini. Kami menemukan huraian yang menarik dari seorang ustadz ahli hadits di Indonesia, yaitu Al-Ustadz Prof. Ali Mustafa Ya'qub, MA.
Menurut beliau, hadits itu memang bermasalah dari segi periwayatannya. Sebenarnya hadits ini diriwayatkan tidak hanya lewat satu jalur saja, namun ada dua jalur. Sayangnya, menurut beliau, kedua jalur itu tetap saja bermasalah.
Jalur Pertama
Salah satu jalur periwayatan haditsi ini versinya demikian:
أول شهر رمضان رحمة وأوسطه مغفرة وآخره عتق من النار
Ertinya : Bulan Ramadhan, awalnya rahmah, tengah-tengahnya maghfirah dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-'Uqaili dalam kitab khusus tentang hadits dha'if yang berjudul Adh-Dhu'afa'. Juga diriwayatkan oleh Al-Khatib Al-Baghdadi dalam kitabnya Tarikhu Baghdad. Serta diriwayatkan juga oleh Ibnu Adiy, Ad-Dailami, dan Ibnu Asakir.
Mereka Yang Mendhaifkan
Adapun para muhaddits yang mempermasalahkan riwayat ini antara lain:
1. Imam As-Suyuthi
Beliau mengatakan bahwa hadits ini dhaif (lemah periwayatannya).
2. Syeikh Al-Albani
Beliau mengatakan bahwa riwayat ini statusnya munkar. Jadi sebenarnya antara keduanya tidak terjadi pertentangan. Hadits munkar sebebarnya termasuk ke dalam jajaran hadits dhaif juga. Sebagai hadits munkar, dia menempati urutan ketiga setelah hadits matruk (semi palsu) dan maudhu' (palsu).
Sementara sanadnya adalah:
1. Sallam bin Sawwar
2. dari Maslamah bin Shalt
3. dari Az-Zuhri
4. dari Abu Salamah
5. dari Abu Hurairah
Ada seorang ustaz yang mengatakan bahwa hadits tentang pembagian Ramadhan menjadi tiga itu dhaif. Padahal hadits itu popular sekali di tengah bulan Ramadhan. Kalau tidak salah bunyinya seperti ini:
Ramadhan itu awalnya adalah rahmat, tengahnya adalah maghfirah (ampunan) dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.
Pertanyaan saya adalah: Benarkah klaim ustaz tersebut? Dan kalau benar, apa status hadits itu? Bagaimana kita mensikapinya.
Demikian terima kasih banyak ustaz
JAWAPAN OLEH Ust. H. Ahmad Sarwat, INDONESIA
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Hadits yang anda tanyakan kedudukannya itu memang sangat popular di tengah masyarakat, khususnya selama bulan Ramadhan. Dengan hadits itu, para penceramah banyak mengajak orang-orang agar memanfaatkan bulan Ramadhan untuk khusyu' beribadah, agar mendapatkan tiga hal tersebut. Yaitu rahmah dari Allah, ampunan-Nya serta pembebasan dari neraka.
Namun menarik sekali apa yang disampaikan oleh ustaz yang antum ceritakan bahwa ternyata menurut beliau hadits itu bermasalah dari sanad dan kekuatannya jalur periwayatannya. Betulkah?
Kami berupaya membolak balik beberapa literatur serta tulisan dari para ulama ahli hadits terkait dengan haditsi ini. Kami menemukan huraian yang menarik dari seorang ustadz ahli hadits di Indonesia, yaitu Al-Ustadz Prof. Ali Mustafa Ya'qub, MA.
Menurut beliau, hadits itu memang bermasalah dari segi periwayatannya. Sebenarnya hadits ini diriwayatkan tidak hanya lewat satu jalur saja, namun ada dua jalur. Sayangnya, menurut beliau, kedua jalur itu tetap saja bermasalah.
Jalur Pertama
Salah satu jalur periwayatan haditsi ini versinya demikian:
أول شهر رمضان رحمة وأوسطه مغفرة وآخره عتق من النار
Ertinya : Bulan Ramadhan, awalnya rahmah, tengah-tengahnya maghfirah dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-'Uqaili dalam kitab khusus tentang hadits dha'if yang berjudul Adh-Dhu'afa'. Juga diriwayatkan oleh Al-Khatib Al-Baghdadi dalam kitabnya Tarikhu Baghdad. Serta diriwayatkan juga oleh Ibnu Adiy, Ad-Dailami, dan Ibnu Asakir.
Mereka Yang Mendhaifkan
Adapun para muhaddits yang mempermasalahkan riwayat ini antara lain:
1. Imam As-Suyuthi
Beliau mengatakan bahwa hadits ini dhaif (lemah periwayatannya).
2. Syeikh Al-Albani
Beliau mengatakan bahwa riwayat ini statusnya munkar. Jadi sebenarnya antara keduanya tidak terjadi pertentangan. Hadits munkar sebebarnya termasuk ke dalam jajaran hadits dhaif juga. Sebagai hadits munkar, dia menempati urutan ketiga setelah hadits matruk (semi palsu) dan maudhu' (palsu).
Sementara sanadnya adalah:
1. Sallam bin Sawwar
2. dari Maslamah bin Shalt
3. dari Az-Zuhri
4. dari Abu Salamah
5. dari Abu Hurairah
6. dari nabi SAW
Dari rangkaian para perawi di atas, perawi yang pertama dan kedua bermasalah. Yaitu Sallam bin Sawwar dan Maslamah bin Shalt.
Sallam bin Sawwar disebut oleh Ibnu Ady, seorang kritikus hadits, sebagai munkarul hadits. Sedangkan oleh Imam Ibnu Hibban, dikatakan bahwa haditsnya tidak bisa dijadikan hujjah (pegangan), kecuali bila ada rawi lain yang meriwayatkan haditsnya. Perkataan Ibnu Hibban ini bisa kita periksa dalam kitab Al-Majruhin.
Sedangkan Maslamah bin Shalt adalah seorang yang matruk, sebagaimana komentar Abu Hatim. Secara etimologis, matruk berarti ditinggalkan. Sedangkan menurut terminologi hadits, hadits matruk adalah hadits yangdalam sanadnya ada rawi yang pendusta. Dan hadits matruk adalah 'adik' dari hadits maudhu' (palsu).
Bezanya, kalau hadits maudhu' itu perawinya adalah seorang pendusta, sedangkan hadits matruk itu perawinya sehari-hari sering berdusta. Kira-kira hadits matruk itu boleh dibilang semi maudhu'.
Kesimpulan
Kesimpulannnya, haditsi ini punya dua gelar.
Pertama, gelarnya adalah hadits munkar karena adanya Sallam bin Sawwar.
Gelar kedua adalah hadits matruk karena adanya Maslamah bin Shalt.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
KOMEN UST ZAHARUDDIN
Jawapan yang diberi adalah benar, saya telah melakukan semakan juga, dan hasilnya adalah sama. Hadith tersebut adalah kurang kuat dan elok tidak dijadikan bahan ceramah, atau jika ingin pun, diletakkan dihujung-hujung dan disebut jelas ia adalah hadis yang diragui.
Memang benar, terdapat hadis lain seperti yang diriwayatkan oleh Ibn Khuzaymah dalam kitab sohihnya, tetapi beliau sendiri meraguiinya apabila menyebut di awal bab itu,
إن صح الخبر
Ertinya : "Jika sohih khabar ini" ( Rujuk ibn Khuzaymah)
Imam Ibn Hajar al-Hathami memberi komentar setelah membawakan hadis panjang lebar yang mengandungi maksud petikan hadis pendek tadi, berkata :-
وفي سنده من صحح وحسن له الترمذي لكن ضعفه غيره ومن ثم ذكره ابن خزيمة في صحيحه وعقبه بقوله إن صح
Ertinya : "tentang sanadnya, terdapat mereka yang mensohihkannya, dan mengganggapnya hasan seperti Imam Tirmidzi, tetapi ia dianggap lemah orang ulama selain mereka, Ibn khuzaymah menyebutnya dalam kitab sohihnya tetapi diakhiri dengan katanya : sekiranya sohih" ( Az-Zawajir, Ibn Hajar Al-haithami, 1/384 )
Saya juga tidaklah hairan mengapa para penceramah dan sebahagian ulama kerap menggunakannya, ini adalah kerana hadis ini memang terdapat dalam agak banyak kitab-kitab arab silam samada Fiqh dan hadis tanpa dijelaskan kedudukan dan taraf kekuatannya , antaranya seperti berikut :-
1) I'anah at-Tolibin, 2/255;
2) Tabyin al-haqaiq, 1/179;
3) Syarah Faidhul Qadir, 1/469 ;
4) Targhib wa at-tarhib, 2/58
Apapun, yang lebih penting, banyak lagi ayat al-Quran dan hadith sohih serta hasan berkenaan puasa yang boleh dijadikan modal ceramah para penceramah.
Sebagai akhirnya ini adalah hadis yang panjang riwayat Ibn Khuzaymah yang dikatakan jika sohih olehnya sendiri, tetapi ianya telah dikomen oleh Imam Al-Ayni dalam kitab 'Umdah Al-Qari' sebagai munkar juga. Berikut petikannya :-
خطبنا رسول الله آخر يوم من شعبان فقال يا أيها الناس إنه قد أظلكم شهر عظيم شهر مبارك فيه ليلة خير من ألف شهر فرض الله صيامه وجعل قيام ليله تطوعا فمن تطوع فيه بخصلة من الخير كان كمن أدى سبعين فريضة فيما سواه ومن أدى فيه فريضة كان كمن أدى سبعين فريضة وهو شهر الصبر والصبر ثوابه الجنة وهو شهر المواساة وهو شهر يزاد رزق المؤمن فيه من فطر صائما كان له عتق رقبة ومغفرة لذنوبه قيل يا رسول الله ليس كلنا نجد ما يفطر الصائم قال يعطي الله هذا الثواب لمن فطر صائما على مذقة لبن أو تمرة أو شربة ماء ومن أشبع صائما كان له مغفرة لذنوبه وسقاه الله من حوضي شربة لا يظمأ حتى يدخل الجنة وكان له مثل أجره من غير أن ينقص من أجره شيئا وهو شهر أوله رحمة وأوسطه مغفرة وآخره عتق من النار ومن خفف عن مملوكه فيه أعتقه الله من النار ) ولا يصح إسناده وفي سنده إياس قال شيخنا الظاهر أنه ابن أبي إياس قال صاحب ( الميزان ) إياس بن أبي إياس عن سعيد بن المسيب لا يعرف والخبر منكر
Sekian, terima kasih.
Sumber
http://www.zaharuddin.net/
12 Ramadhan 1427 H
Rabu, 25 Jun 2014
Ahad, 22 Jun 2014
Laporan Tahunan 2013 Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia 2013-2025
Muat Turun Laporan Tahunan 2013 Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia 2013-2025
Langgan:
Catatan (Atom)