JOM BOOKCAFE

Ahad, 13 Mei 2012

Lawatan ke Taman Tema Air Bukit Merah


12 MEI 2012

Tidak Selayaknya Manusia Menyombongkan Diri !

APAKAH KESOMBONGAN ITU?
Kesombongan (takabbur) atau dikenal dalam bahasa syariat dengan sebutan al-kibr yaitu melihat diri sendiri lebih besar dari yang lain. Orang sombong itu memandang dirinya lebih sempurna dibandingkan siapapun. Dia memandang orang lain hina, rendah dan lain sebagainya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan hakikat kesombongan dalam hadits beliau Shallallahu 'alaihi wa salllam :

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

"Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia". [HR. Muslim, no. 2749, dari 'Abdullah bin Mas'ûd]

Inilah yang membedakan takabbur dari sifat ‘ujub (membanggakan diri, silau dengan diri sendiri). Sifat ‘ujub, hanya membanggakan diri tanpa meremehkan orang. Sedangkan takabbur, disamping membanggakan diri juga meremehkan orang.

Jumaat, 11 Mei 2012

Mengawasi Diri Sendiri

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih nan Penyayang. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabat beliau.

Dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

« لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا ».

"Niscaya aku akan melihat beberapa kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan kebaikan laksana gunung-gunung Tihamah [2] yang putih, kemudian Allah Azza wa Jalla menjadikannya debu yang beterbangan".

Ada [3] yang bertanya: "Wahai Rasulullah, jelaskanlah sifat mereka kepada kami, agar kami tidak menjadi bagian dari mereka sementara kami tidak tahu," Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Ketahuilah, mereka adalah saudara kalian, satu bangsa, dan bangun malam sebagaimana kalian. Tapi jika mereka menyendiri dengan larangan-larangan Allah, mereka melanggarnya" [4].

Seseorang mungkin menjauh dari dosa dan maksiat saat berada di hadapan dan dilihat orang lain. Tetapi jika ia menyendiri dan terlepas dari pandangan manusia, ia pun melepaskan tali kekang nafsunya, merangkul dosa dan memeluk kemungkaran.

"Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya". [al-Isrâ`/17 : 17].

"Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kalian kerjakan". [al-Baqarah /2 : 74].

Bahkan jika ingin berbuat dosa dan ada seorang anak kecil di hadapannya, ia akan meninggalkan dosa itu. Dengan demikian, rasa malunya kepada anak kecil lebih besar daripada rasa malunya kepada Allah. Andai saat itu ia mengingat firman Allah:

"Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka tampakkan?" [al-Baqarah/2 : 77].

"Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib?" [at-Taubah/9 : 78]

Sungguh celaka wahai saudaraku! Jika keberanian anda berbuat maksiat adalah karena anda meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla tidak melihat, maka alangkah besar kekufuran anda. Dan jika anda mengetahui bahwa Allah mengetahuinya, maka alangkah parah keburukan anda, dan alangkah sedikit rasa malu anda!

MUAT TURUN DOMUMEN STANDARD PRESTASI TINGKATAN 1

  1. DSP BAHASA MELAYU
  2. DSP SAINS
  3. DSP SIVIK DAN KEWARGANEGARAAN
  4. DSP SEJARAH
  5. DSP PENDIDIKAN ISLAM
  6. DSP MORAL
  7. DSP GEOGRAFI 
  8. DSP MATEMATIK 
  9. DSP PJK 

KLIK UNTUK DOWNLOAD

    MEMO..

    Khamis, 10 Mei 2012

    SIKAP MINDA

       Saya anggap rencana ini yang terpenting di antara 100 rencana yang dikemukakan dalam buku ini.Sila duduk dan baca rencana ini dengan teliti dan bacakan berulang kali pada masa akan datang.
       Sikap minda adalah amat mustahak kerana kesemua kekayaan,samaada nilai ketara atau tidak (seperti kemewahan,persahabatan,pengetahuan,keriangan, dan kesejahteraan) bermula dengan satu keadaan minda,yang mana anda berkuasa dan bebas mengawalnya.Anda mampu mengolah pemikiran dan tindakan sendiri untuk kehidupan yang lebih bermakna,atau pilih untuk dicacatkan oleh kerisauan dan kebimbangan.Didapati bahawa sikap minda anda itu adalah hasil daripada nilai-nilai budi dan tujuan yang dipupuk sehingga ini.Ingatlah bahawa sikap minda yang positif adalah titik permulaan hidup yang bahagia.peraturan ini meliputi kesemua bahan rencahan yang dingini yang mesti disuburkan, seperti harapan dan keyakinan, ketulusan dan kewibawaan,keghairahan dan dorongan,kemurahan hati dan toleransi,kesantunan dan tanggungjawab dan seterusnya.

    KESEDIHAN DUNIA

    ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu menulis surat kepada ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu 'anhu yang isinya, “Amma ba'du. Sesungguhnya seseorang merasa rugi dengan sesuatu yang hilang darinya, padahal hal itu tidak akan bisa ia dapatkan dan merasa bahagia dengan mendapatkan sesuatu yang pasti ia dapatkan. Maka berbahagialah dengan apa-apa yang aku ucapkan dari urusan akhirat dan menyesallah dari sesuatu yang hilang darimu akan urusan akhirat, janganlah terlalu bahagia dengan apa yang engkau dapatkan dari urusan dunia. Dan jadikanlah semua fikiranmu tertuju kepada sesuatu yang terjadi setelah kematian. ”

    Aku melihat pencari dunia, walaupun umurnya panjang,
    dan mendapatkan kebahagiaan, juga kenikmatan darinya.

    Bagaikan seorang tukang bangunan yang membangun,
    setelah bangunan yang ia buat berdiri tegak, maka bangunan itu roboh. [1]

    Saudaraku tercinta…
    Sebab kekeliruan hidup itu ada lima macam dan sepatutnya seseorang merasakan kekeliruan karena kelima macam tersebut:

    Pertama : Kekeliruan karena dosa pada masa lampau, karena dia telah melakukan sebuah perbuatan dosa sedangkan dia tidak tahu apakah dosa tersebut diampuni atau tidak? Dalam keadaan tersebut dia harus selalu merasakan kegalauan dan sibuk karenanya.
    Kedua : Dia telah melakukan kebaikan, tetapi dia tidak tahu apakah kebaikan tersebut diterima atau tidak.
    Ketiga : Dia mengetahui kehidupannya yang telah lalu dan apa yang terjadi kepadanya, tetapi dia tidak mengetahui apa yang akan menimpanya pada masa mendatang.
    Keempat : Dia mengetahui bahwa Allah menyiapkan dua tempat untuk manusia pada hari Kiamat, tetapi dia tidak mengetahui ke manakah dia akan kembali (apakah ke Surga atau ke Neraka)?
    Kelima : Dia tidak tahu apakah Allah ridha kepadanya atau membencinya?

    Siapa yang merasa keliru dengan lima hal di atas dalam kehidupannya, maka tidak ada kesempatan baginya untuk tertawa. [2]

    Ibrahim at-Taimi rahimahullah berkata, “Berapa jarak antara kalian dengan mereka (orang-orang shalih)? Dunia datang kepada mereka, tetapi mereka meninggalkannya, dan dunia meninggalkan kalian, tetapi kalian terus mengejarnya.” [3]