JOM BOOKCAFE

Sabtu, 26 April 2014

GURU DAHULU DAN SEKARANG !!!

Cikgu zaman dulu dengan zaman sekarang ni jauh bezanya. Kepada yang telah jadi cikgu dan bakal jadi cikgu, tentu anda perasaan perbezaannya. Ingat lagi masa sekolah rendah dulu, pernah jugak la rasa penampar, berdiri atas kerusi dan kena rotan dengan cikgu..hahah. Kalau anda pernah rasa, tentu geramkan! Tapi bila teringat balik rasa macam lucu pulak.Biasalah, masa tu budak-budak lagi.Bila anda semua dah jadi cikgu, baru faham macam mana susah nak didik pelajar ni jadi manusia yang berguna

CIKGU ZAMAN DULU 

 


1.Cikgu dahulu sangat garang kepada pelajar. Tak siap kerja rumah siap kena rotan dengan penampar sampai ada yang sanggup tak nak pergi sekolah gara-gara kerja rumah yang tak siap buat.

2.Cikgu dahulu dihormati mengalahkan pak imam masjid. Kalau orang tua yang ada anak dara, mesti teringin nak buat cikgu menantu.

3.Cikgu dahulu ditakuti murid-muridnya. Kalau bertembung dikawasan luar sekolah pun sampai ada yang lari sebab terasa aura cikgu tu.

4.Cikgu dahulu boleh maki hamun pelajarnya yang degil dan nakal. Tak ada masalah sebab murid-muridnya memiliki keimanan kepada Allah dari hasil didikan ibu bapa yang kuat.

5.Cikgu dahulu dapat lesen penuh untuk mendidik anak muridnya. Mak bapak tak kisah kalau anak diorang kena pukul ”Cikgu nak buat ape kat anak saya pun buatlah, yang penting jangan sampai cedera dan mati je". 


 CIKGU ZAMAN SEKARANG





1.Cikgu sekarang takut nak garang dengan pelajar. Nanti tak pasal-pasal kereta yang tercalar dan mak bapak yang datang mengamuk kat sekolah.

2.Cikgu sekarang orang tak pandang pun. Kalau orang tua yang ada anak dara pun, depa pilih yang engineer dulu yang bergaji lebih besar.

3.Cikgu sekarang kalau bertembung dengan muridnya silap gaya kena langgar pulak.

4.Cikgu sekarang nak marah pun tak boleh sangat takut nanti anak muridnya mengalami tekanan jiwa untuk belajar, nanti anak murid tu akan merosakkan dirinya.

5.Cikgu sekarang sangat terhad untuk mendidik murid-muridnya. Bila nak nasihat sikit mak bapak masuk campur ”Cikgu jangan sentuh anak saya, kalau anak saya mengadu kena pukul, saya akan saman cikgu”

Sumber:Unit Pengurusan Sekolah Sektor Pengurusan Sekolah Jabatan Pendidikan Negeri Terengganu
http://unitrendahspsjpnt.blogspot.com/2013/02/normal-0-21-false-false-false-ms-x-none.html

CARA MENDIDIK ANAK YANG NAKAL ??

Beberapa Contoh Cara Mendidik Anak yang Nakal
Syariat Islam yang agung mengajarkan kepada umatnya beberapa cara pendidikan bagi anak yang dapat ditempuh untuk meluruskan penyimpangan akhlaknya. Di antara cara-cara tersebut adalah:

Pertama, teguran dan nasihat yang baik
Ini termasuk kaedah pendidikan yang sangat baik dan bermanfaat untuk meluruskan kesalahan anak. Metode ini sering dipraktikkan langsung oleh pendidik terbesar bagi umat ini, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, misalnya ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang anak kecil yang ketika sedang makan menjulurkan tangannya ke berbagai sisi nampan makanan, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (sebelum makan), dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah (makanan) yang ada di hadapanmu.[1]


Serta dalam hadits yang terkenal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada anak paman beliau, Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, “Wahai anak kecil, sesungguhnya aku ingin mengajarkan beberapa kalimat (nasihat) kepadamu: jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka kamu akan mendapati-Nya dihadapanmu.”[2]

Kedua, menggantung tongkat atau alat pemukul lainnya di dinding rumah
Ini bertujuan untuk mendidik anak-anak agar mereka takut melakukan hal-hal yang tercela.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan ini dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Gantungkanlah cambuk (alat pemukul) di tempat yang terlihat oleh penghuni rumah, karena itu merupakan pendidikan bagi mereka.”[3]
Bukanlah maksud hadits ini agar orangtua sering memukul anggota keluarganya, tapi maksudnya adalah sekadar membuat anggota keluarga takut terhadap ancaman tersebut, sehingga mereka meninggalkan perbuatan buruk dan tercela.[4]
Imam Ibnul Anbari berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memaksudkan dengan perintah untuk menggantungkan cambuk (alat pemukul) untuk memukul, karena beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintahkan hal itu kepada seorang pun. Akan tetapi, yang beliau maksud adalah agar hal itu menjadi pendidikan bagi mereka.”[5]
Masih banyak cara pendidikan bagi anak yang dicontohkan dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu[6] menyebutkan beberapa di antaranya, seperti: menampakkan muka masam untuk menunjukkan ketidaksukaan, mencela atau menegur dengan suara keras, berpaling atau tidak menegur dalam jangka waktu tertentu, memberi hukuman ringan yang tidak melanggar syariat, dan lain-lain.

Bolehkah Memukul Anak yang Nakal untuk Mendidiknya?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perintahkanlah kepada anak-anakmu untuk (melaksanakan) shalat (lima waktu) sewaktu mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka karena (meninggalkan) shalat (lima waktu) jika mereka (telah) berumur sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.[7]
Hadits ini menunjukkan bolehnya memukul anak untuk mendidik mereka jika mereka melakukan perbuatan yang melanggar syariat, jika anak tersebut telah mencapai usia yang memungkinkannya bisa menerima pukulan dan mengambil pelajaran darinya –dan ini biasanya di usia sepuluh tahun. Dengan syarat, pukulan tersebut tidak terlalu keras dan tidak pada wajah.[8]
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin ketika ditanya, “Bolehkah menghukum anak yang melakukan kesalahan dengan memukulnya atau meletakkan sesuatu yang pahit atau pedas di mulutnya, seperti cabai/ cili?”, beliau menjawab, “Adapun mendidik (menghukum) anak dengan memukulnya, maka ini diperbolehkan (dalam agama Islam) jika anak tersebut telah mencapai usia yang memungkinkannya untuk mengambil pelajaran dari pukulan tersebut, dan ini biasanya di usia sepuluh tahun.
Adapun memberikan sesuatu yang pedas (di mulutnya) maka ini tidak boleh, karena ini dapat mempengaruhinya (mencelakakannya)…. Berbeza dengan pukulan yang dilakukan pada badan maka ini tidak mengapa (dilakukan) jika anak tersebut bisa mengambil pelajaran darinya, dan (tentu saja) pukulan tersebut tidak terlalu keras
.
Untuk anak yang berusia kurang dari sepuluh tahun, hendaknya dilihat (kondisinya), karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya membolehkan untuk memukul anak (berusia) sepuluh tahun karena meninggalkan shalat. Maka, yang berumur kurang dari sepuluh tahun hendaknya dilihat (kondisinya). Terkadang, seorang anak kecil yang belum mencapai usia sepuluh tahun memiliki pemahaman (yang baik), kecerdasan dan tubuh yang besar (kuat) sehingga bisa menerima pukulan, celaan, dan pelajaran darinya (maka anak seperti ini boleh dipukul), dan terkadang ada anak kecil yang tidak seperti itu (maka anak seperti ini tidak boleh dipukul).”[9]

Cara-Cara Menghukum Anak yang Tidak Dibenarkan Dalam Islam[10]

Di antara cara tersebut adalah:

1. Memukul wajah
Ini dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau, yang artinya, “Jika salah seorang dari kalian memukul, maka hendaknya dia menjauhi (memukul) wajah.”[11]

2. Memukul yang terlalu keras sehingga berbekas
Ini juga dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih.[12]

3. Memukul dalam keadaan sangat marah
Ini juga dilarang karena dikhawatirkan lepas kontrol sehingga memukul secara berlebihan.
Dari Abu Mas’ud al-Badri, dia berkata, “(Suatu hari) aku memukul budakku (yang masih kecil) dengan cemeti, maka aku mendengar suara (teguran) dari belakangku, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Akan tetapi, aku tidak mengenali suara tersebut karena kemarahan (yang sangat). Ketika pemilik suara itu mendekat dariku, maka ternyata dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau yang berkata, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Maka aku pun melempar cemeti dari tanganku, kemudian beliau bersabda, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Sesungguhnya Allah lebih mampu untuk (menyiksa) kamu daripada kamu terhadap budak ini,’ maka aku pun berkata, ‘Aku tidak akan memukul budak selamanya setelah (hari) ini.‘”[13]

4. Bersikap terlalu keras dan kasar
Sikap ini jelas bertentangan dengan sifat lemah lembut yang merupakan sebab datangnya kebaikan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang terhalang dari (sifat) lemah lembut, maka (sungguh) dia akan terhalang dari (mendapat) kebaikan.”[14]

5. Menampakkan kemarahan yang sangat
Ini juga dilarang karena bertentangan dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bukanlah orang yang kuat itu (diukur) dengan (kekuatan) bergulat (berkelahi),  tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.[15]

Penutup
Demikianlah bimbingan yang mulia dalam syariat Islam tentang cara mengatasi penyimpangan akhlak pada anak, dan tentu saja taufik untuk mencapai keberhasilan dalam amalan mulia ini ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, banyak berdoa dan memohon kepada-Nya merupakan faktor penentu yang paling utama dalam hal ini.
Akhirnya, kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar dia senantiasa menganugerahkan kepada kita taufik-Nya untuk memahami dan mengamalkan petunjuk-Nya dalam mendidik dan membina keluarga kita, untuk kebaikan hidup kita semua di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.

[1] Hadits shahih riwayat Al-Bukhari no. 5061, dan Muslim no. 2022.
[2] Hadits riwayat At-Tirmidzi no. 2516, Ahmad: 1/293), dan lain-lain; dinyatakan shahih oleh Imam At-Tirmidzi dan Syekh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ish Shagir, no. 7957.
[3] Hadits riwayat Abdur Razzaq dalam Al-Mushannaf: 9/477 dan Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir no. 10671; dinyatakan hasan oleh Al-Haitsami dan Al-Albani dalam Ash-Shahihah, no. 1447.
[4] Lihat kitab Nida`un ilal Murabbiyyina wal Murabbiyyat, hlm. 97.
[5] Dinukil oleh Imam Al-Munawi dalam kitab Faidhul Qadir: 4/325.
[6] Dalam kitab beliau Nida`un ilal Murabbiyyina wal Murabbiyyat, hlm. 95–97.
[7] Hadits riwayat Abu Daud, no. 495; dinyatakan shahih oleh Syekh Al-Albani.
[8] Lihat kitab Tuhfatul Ahwadzi: 2/370.
[9] Kitab Majmu’atul As`ilah Tahummul Usratal Muslimah, hlm. 149–150.
[10] Lihat kitab Nida`un ilal Murabbiyyina wal Murabbiyyat, hlm. 89–91.
[11] Hadits riwayat Abu Daud, no. 4493; dinyatakan shahih oleh Syekh Al-Albani.
[12] Hadits shahih riwayat Muslim, no. 1218.
[13] Hadits shahih riwayat Muslim, no. 1659.
[14] Hadits shahih riwayat Muslim, no. 2529.
[15] Hadits shahih riwayat Al-Bukhari no. 5763, dan Muslim no. 2609.


  وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Sumber: http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/anak-nakal-bagaimana-mengatasinya-3.html

CERAMAH INTEGRITI WARGA PENDIDIK 2014-SMK PENDIDIKAN KHAS PULAU PINANG


Isnin, 7 April 2014

HATI LUKA KERANA BISA KATA-KATA: LIMA GAYA BAHASA PERLU DIELAK KETIKA BERKONFLIK


Ucapan dan gaya percakapan kita akan memberi kesan besar ke atas tindak balas dan perlakuan orang lain terhadap kita.

Sewaktu kita berkonflik,kita gemar melakukan serangan mulut untuk memenangi pertengkaran berkenaan.Setiap pertengkaran pasti berakhir kerana tidak ada manusia yang boleh bercakap sehingga setengah hari dalam nada tinggi.

Malangnya walaupun pertengkaran sudah berakhir,luka di hati pasangan kita mungkin belum sembuh,malah akan terbawa-bawa bertahun-tahun lamanya .Ia terjadi akibat serangan mulut yang kita lakukan terhadap mereka ketika berkonflik.

Bahasa merendahkan
Ramai orang yang mempunyai kelebihan dari segi kelulusan,pengalaman, bakat, harta, dan pencapaian.Tetapi ia bukanlah lesen yang membolehkan kita untuk merendah-rendahkan orang lain dengan menunjukkan kita mempunyai kelebihan ke atas mereka.
               
 Sifat angkuh bukan disebabkan oleh kekayaan, pencapaian dan bakat, tetapi ia berpunca daripada sikap seseorang.
                 
Ada sesetengah orang yang memiliki pencapaian bagus gemar untuk merendah-rendahkan orang lain.Mereka mungkin tergolong dalam golongan yang mempunyai pencapaian,tetapi masih tidak berpuas hati dengan kejayaan yang dikecapi.
               
 Untuk membuatkan mereka berasa mempunyai kelebihan,mereka akan menggunakan gaya bahasa yang merendahkan orang lain misalnya seperti berikut:
“Saya dah sepuluh tahun dalam bidang ni, saya tahu idea awak tu tak akan berhasil...”
“Awak baru setahun jagung menghadapi hal sebegini.Mana awak tahu?”
“Awak tu perempuan,lemah!”

Bahasa tidak peduli
Gaya bahasa ini selalu digunakan untuk menghukum individu lain dengan cara tidak menyebut sebarang penyelesaian.Sesetengah orang menggunakan gaya bahasa ini sebagai hukuman terhadap orang yang mereka tidak sukai.
Cara gaya bahasa ini diucapkan adalah seperti”
“Suka hati awaklah nak selesaikan macam mana...”
“Saya tak nak terbabit dalam hal ini.Jangan babitkan saya.”
“Awak selesaikan ini sebab ia masalah awak.Apa yang saya tahu,masalah ini selesai.”

Bahasa menghina latar belakang
Melalui cara ini, kita akan mencari-cari latar belakang pasangan kita yang boleh kita jadikan modal untuk melakukan serangan ketika berkonflik.Antara latar belakang yang selalu digunakan adalah pendidikan, kerjaya, dan keluarga.
“Harap je sekolah agama,tetapi solat pun tunggang-langgang.”
“Awak tu kerja tak seberapa,tak payah nak bercakap hal falsafah”
“Sedarlah diri tu sikit.Awak tu asalnya kampung yang hulu.”

Bahasa menutup minda
Apa perasaan anda apabila bercakap-cakap dengan orang lain,tetapi seringkali sahaja pendapat anda tidak dipersetujui malah diperlekehkan?Tentu sekali anda berasa kecewa dan tidak berminat berbual-bual dengan orang berkenaan.
Hampir setiap idea dan buah fikiran kita akan dicantas untuk menunjukkan kita salah dan mereka sahaja betul.
Ada sesetengah orang menggunakan gaya bahasa sebegini untuk menunjukkan mereka lebih bijak daripada orang lain,seterusnya kelihatan menarik.
Malangnya lebih banyak gaya bahasa sebegini keluar daripada mulut mereka lebih tinggi kebencian orang lain terhadap mereka.
“Setakat cakap memang mudah.Kita yang melaksanakan ni yang tahu susah payah...”
“Saya belajar dulu bukan macam tu...”
“Bangsa lain bolehlah kaya dengan berniaga.Bangsa kita mana ada kebolehan...”

Bahasa mengawal
Ramai orang suka apabila orang lain mengikut kemahuan mereka.Mereka juga suka mengawal perilaku orang lain.
Gaya bahasa mengawal adalah gaya bahasa memaksa orang lain melakukan dan mematuhi perkara yang mereka tidak persetujui.
“Saya suami awak.Awak jangan ingkar perintah saya.”
“Walau apa pun alasan awak,saya nak kerja ini diselesaikan...”
Rasulullah SAW bersabda (mafhumnya): “ Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang memutar belit fakta dengan lidahnya seperti seekor sapi yang menguyah-nguyah rumput dengan lidahnya.”
Kesimpulannya, elakkan gaya bahasa di atas ketika berkonflik untuk memelihara keharmonian perhubungan.

 Nota kaki: Halus bahasa menyingkap tabir hati....;)

Sumber :Harian Metro 4 April 2014
*Penulis ialah Perunding Psikologi Bahasa dan penulis buku Marah Tapi Sayang boleh dihubungi melaui facebook: Hilmi Isa (Psikologi Bahasa)